DEFINISI EXTINCTION (PENGHAPUSAN)
Extinction merupakan salah satu fenomena-fenomena dalam kondisioning klasik yang artinya adalah menurunnya frekuensi respon bersyarat bahkan akhirnya menghilangnya respon bersyarat akibat ketiadaan stimulus alami dalam proses kondisioning atau secara singkat dapat diartikan hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya reinforcers. Prinsip dasar perilaku yang akan diilustrasikan dalam contoh-contoh berikut ini disebut dengan extinction. Dalam setiap contoh, sebuah perilaku yang telah dikuatkan untuk periode waktu tertentu, maka penguatan perilaku tersebut tidak akan lama dan bagaimanapun perilaku tersebut akan terhenti. Misalkan saja, perilaku Rae yang meletakkan uang ke dalam mesin kopi dan mendorong tombol yang dikuatkan dengan mendapatkan kopi. Sedangkan perilaku Greg yang memutar kenop pintu dan itu dikuatkan dengan memasuki bangunan apartemennya. Perilaku-perilaku ini dikuatkan dengan sangat terjadwal atau terus menerus dilakukan. Suatu waktu penguatan tersebut terhenti, Perilaku Rea dan Greg pun lama kelamaan berkurang dan akhirnya terhenti.
Extinction adalah sebuah prinsip dasar perilaku. Definisi Behavioral terkait dengan Extinction ini adalah bahwasanya Extinction terjadi ketika :
1. Sebuah perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya.
2. Tidak ada hasil dalam waktu yang lama dalam konsekuensi penguatan.
3. Dan bagaimanapun, perilaku terhenti terjadi di masa yang akan datang.
Selama sebuah perilaku dikuatkan, meskipun hanya sebentar/tidak terlalu lama, maka perilaku tersebut akan terus ada. Akan tetapi apabila sebuah perilaku tidak diikuti dengan konsekuensi penguatan dalam waktu yang lama, bagaimanapun seseorang akan menghentikan perilaku tersebut. Ketika perilaku tersebut terhenti karena tidak adanya penguatan dalam waktu yang lama, kita mengatakan bahwa perilaku tersebut telah mengalami extinction atau bahwa perilaku tersebut telah dihilangkan.
Skinner (1938) dan Ferster dan Skinner (1957) mendemonstrasikan prinsip dari extinction ini dengan laboratorium binatang. Ketika burung merpati di dalam ruang eksperimen dalam waktu yang lama menerima makanan sebagai sebuah penguat untuk mematuk tuts piano. Perilaku burung merpati yang mematuk tuts piano tersebut terhenti ketika pembantu laboran melakukan “lever-pressing” yang menurunkan dan pada akhirnya menghentikan perilaku tersebut.
EXTINCTION BURST
Salah satu karakteristik dari proses extinction adalah jika salah satu perilaku yang tidak diberi penguat, mengalami peningkatan dari segi frekuensi, durasi maupun intensitasnya, sebelum pada akhirnya berkurang dan hilang untuk selamanya (Lerman & Iwata, 1994). Contoh pertama, pada saat Rae tidak mendapatkan kopinya, dia menekan tombol pada mesin pembuat kopi secara berulang (frekuensi meningkat), kemudian menekannya dengan lebih keras (intensitas meningkat) sebelum akhirnya Rae menyerah. Pada saat Greg mendapati pintu apartemennya terkunci, dia menaik-turunkan handle sembari mendorong slot pintunya beberapa kali (intensitas meningkat) kemudian dia mendorong slot pintu dengan lebih kuat lagi (intensitas meningkat) seelum akhirnya menyerah. Peningkatan pada frekuensi, intensitas, dan durasi selama proses extinction disebut dengan Extinction Burst. Cermati juga contoh lainnya :
Pada saat Mark menekan tombol ON pada remote Tvnya dan ternyata Tvnya tidak menyala (baterainya mati), Mark menekannya lebih lama (durasi meningkat), dan lebih keras (intensitas meningkat) sebelum akhirnya menyerah. Perilaku Mark yang menekan tombol ON tidak dikuatkan oleh TV yang menyala, oleh karena itu dia berhenti menekan. Tetapi sebelum itu dia menekan remote dengan lebih lama dan lebih keras (extinction burst).
Setiap malam, Amanda 4 tahun, terbangun dan menangis di sela-sela waktu tidurnya selama 10 – 15 menit, kemudian orang tuanya mendatangi kamarnya dan menemaninya hingga ia merasa ngantuk. Setelah bertanya pada seorang dokter anak, orang tua amanda mencoba untuk tidak datang atau menanyakan keadaannya ketika Amanda menangis pada saat jam tidur. Pada malam pertama Amanda menangis selama 25 menit sebelum kembali tidur. Pada akhir minggu Amanda berhenti menangis pada saat jam tidur. Pada saat mereka (ortu Amanda) tidak masuk ke kamar Amanda setelah dia menangis, mereka telah mengaplikasikan extinction. Peningkatan tangisan pada malam pertama merupakan extinction burst. Sekali orang tua menerapkan extinction, dilaporkan adanya peningkatan perilaku namun kemudian berkurang dan akhirnya berhenti semuanya.
Karakteristik lain pada extinction burst adalah perilaku novel (perilaku yang tidak secara khusus menyusun pada setiap bagian situasi) muncul menyertai perilaku utama ketika penguatan tidak diberikan. Sebagai contoh ketika Amanda menangis, orang tuanya tidak mendatanginya. Amanda menangis lebih lama dan lebih keras (intensitas dan durasinya meningkat), tidak hanya itu amanda juga ketakutan dan memukuli bantalnya. Pada contoh pertama rae tidak hanya menekan tombol mesin pembuat kopi secara berulang ketika kopinya tidak keluar, tetapi juga menekan tombol untuk mengeluarkan uangnya dan mengguncang mesin tersebut (novel behavior).
Sesekali, perilaku novel yang muncul bersamaan dengan extinction burst termasuk di dalam nya adalah respon emosi. Sebagai contoh Rae akan menunjukkan kemarahannya dan memaki-maki mesin pembuat kopi atau bahkan menendangnya. Azrin, Hutchinson, dan Hake (1988) mengatakan jika perilaku agresiif sering terlihat pada saat extinction diterapkan. Hal ini tidak biasa bagi anak kecil untuk menunjukkan respon emosi pada saat perilakunya tidak mendapat penguatan. Siapa yang melarang anak-anak meminta permen akan menyebabkan anak menangis dan ketakutan. Orang tua secara tidak sengaja menguatkan tangisan dan ketakutan anak dengan cara memberikan anak-anak beberapa buah permen. Perilaku memberikan permen untuk anak-anak merupakan sebuah reinforcement negatif untuk menghilangkan rasa takut dan tangisan anak-anak.
Extinction burst akan mengalami peningkatan pada perilaku yang tidak dikuatkan, atau bagian-bagian perilaku novel (dan terkadang reaksi emosi) pada periode waktu tertentu, ini adalah hal yang wajar untuk menghilangkan penguat positif. Peningkatan frekuensi, intensitas, atau durasi pada perilaku yang tidak dikuatkan (perilaku yang akan dihilangkan) atau perilaku novel yang menyusun selama proses extinction akan menjadi penguat dan demikianlah extinction burst dijelaskan.
PROSEDUR DARI HUKUM EXTINCTION
Prosedur penghapusan (extinction) adalah prosedur menghentikan pemberian penguatan pada perilaku yang semula dikuatkan sampai ke tingkat sebelum perilaku tersebut dikuatkan. Beberapa perilaku yang memerlukan prosedur penghapusan seperti tindakan mengacaukan kelas, tindakan agresif, amarah yang berlebihan, perilaku bukan belajar, dan membual. Contoh sederhananya adalah Andi selalu melompat-lompat di atas tempat duduknya sambil berteriak-teriak ketika ia ingin menjawab pertanyaan dari gurunya. Hal itu ia lakukan supaya mendapatkan perhatian semua orang di kelas. Gurunya ingin merubah perilaku Andi dengan cara tidak memberi perhatian kepada Andi ketika ia bersikap berlebihan. Justru gurunya meminta Andi menjawab pertanyaan ketika ia sedang duduk diam. Perilaku ribut Andi tidak mendapat penguatanan gurunya, sehingga diharapkan perilaku tersebut tidak berulang.
Kita tahu bahwa dalam reinforcement ada dua prosedur, yaitu positive dan negative reinforcement. Begitu juga dengan extinction, Sebuah perilaku dapat mengalami pengurangan terlepas dari apakah karena diberi reinforcement positif atau negatif. Intinya,,baik reinforcement maupun extinction adalah untuk mengurangi atau menghentikan perilaku yang tidak diinginkan. Namun ada dua hal yang membedakannya. Yang pertama yaitu apabila sebuah perilaku secara positif diberi penguatan, maka konsekuensinya akan dimunculkan atau ditambahkan setelah perilaku tersebut dilakuka. Oleh karena itu, pengurangan perilaku karena diberi reinforcement positif melibatkan pengurangan perilaku yang sebelumnya sudah diberikan setelah perilaku tersebut dilakukan.Dengan kata lain,, ketika sebuah perilaku menghasilkan konsekuensi penguatan, maka perilaku yang diinginkan pun tidak lama kemudian dapat terjadi.
Sedangkan jika dalam kasus reinforcement negative, perilaku dihilangkan atau dikurangi karena adanya stimulus aversive. Oleh karena itu extinction karena reinforcement negative mengakibatkan perilaku yang tadinya sudah ada penguatan bisa jadi berkurang atau bahkan musnah karena dihilangkannya penguat tersebut. Dengan kata lain, ketika sebuah perilaku mengakibatkannya menghindar dari aversive stimulus maka secara otomatis perilaku tersebut akan berhenti. Contohnya katakan saja seseorang memakai sejenis penutup telinga sewaktu bekerja di pabrik untuk mengurangi suara bising dari berbagai peralatan perusahaan. Ketika penutup telinga itu tidak dipakai ternyata setelah itu merasa bunyi bising berkurang maka otomatis orang tersebut akan berhenti memakai penutup telinga tersebut. Perilaku memakai penutup telinga menjadi berkurang karena hal tersebut menjadi jalan keluar dari kebisingan suara di pabrik.
Jadi,kesimpulan dari prosedur extinction adalah:
1. Reinforcer positif diberikan tidak lama setelah perilaku.
2. Aversive stimulus dihilangkan tidak lama setelah perilaku.
Atau bisa juga kami simpulkan Hukum Extinction tersebut adalah seperti di bawah ini:
· Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
· yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Penelitian oleh brian Iwata dan rekan-rekannya (Iwata, kecepatan, Cowdery, & milten Berger, 1994) telah menunjukkan bahwa secara prosedural kepunahan adalah suatu perilaku yang berbeda ketika telah maintened oleh penguatan positif dan penguatan negatif. Iwata dan koleganya mempelajari perilaku yang merugikan diri sendiri (seperti memukul diri sendiri) yang ditunjukkan oleh anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental. Ketika mereka menemukan bahwa diri-cedera itu positif diperkuat oleh perhatian dari orang dewasa, mereka dilaksanakan kepunahan dengan menghapus perhatian dewasa setelah perilaku Bagi beberapa anak, bagaimanapun, melukai diri itu negatif diperkuat: merugikan diri perilaku mengakibatkan melarikan diri dari tugas akademis. Dengan kata lain, seorang guru berhenti membuat permintaan pada seorang anak (dihapus oleh permintaan akademis) sekali anak strated untuk terlibat dalam merugikan diri behavior.in kasus ini penguatan negatif, kepunahan yang diperlukan guru untuk tidak menghapus permintaan akademik setelah melukai diri Oleh karena itu, perilaku yang merugikan diri mengakibatkan tidak lagi melarikan diri dari situasi pengajaran Iwata dan rekan-rekannya dengan jelas menunjukkan bahwa jika kepunahan tersebut terjadi, reinforcer bagi tingkah laku harus diidentifikasi dan dihapuskan, proses tidak berfungsi sebagai kepunahan.
Edward Carr dan koleganya (Carr, Newsom, & binkoff, 1980) mengamati perilaku anak-anak dengan kelainan mental reatardation Mereka menunjukkan bahwa perilaku agresif di dua anak terjadi hanya dalam situasi permintaan dan berfungsi sebagai perilaku melarikan diri Dengan kata lain, perilaku agresif negatif diperkuat oleh permintaan penghentian.
Bagaimana kepunahan digunakan dengan perilaku agresif dua anak ini? Carr dan koleganya menunjukkan bahwa ketika anak tidak bisa lari dari situasi permintaan dengan terlibat dalam perilaku agresif, perilaku agresif menurun drastis. Karena melarikan diri adalah memperkuat perilaku agresif, mencegah melarikan diri berfungsi sebagai kepunahan.
SIFAT-SIFAT PROSEDUR PENGHAPUSAN
Pola berkurangnya perilaku setelah dihentikannya pemberian penguatan tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
a. Jadwal pemberian penguatan
Pola berkurangnya perilaku setelah dihentikannya penguatan tergantung pada jadwal pemberian penguatan sebelum prosedur penghapusan ini. Jadwal penguatan terus-menerus lebih cepat proses hapusnya daripada jadwal berselang. Jadwal bervariasi lebih resistan daripada jadwal berjangka sama.
b. Banyaknya penguatan
Makin banyak berulang pemberian penguatan pada masa lampau, makin resisten perilaku terhadap penghapusan. Demikian juga semakin besar kuantitas penguatan yang telah dinikmati, makin resisten perilaku.
c. Deprivasi
Makin besar deprivasi subjek terhadap penguatan dan makin vital penguatan yang dideprivasikan, makin sulit perilaku dihapus.
d. Usaha
Makin besar usaha yang dibutuhkan untuk melaksanakan perilaku yang mendapat penguatanan, makin cepat penghapusan tercapai. Misalnya Prapto meminjam uang ke kakaknya. Kakaknya tidak mau meminjami lagi karena ternyata digunakan untuk berjudi. Sering tidaknya dia meminjam lagi juga dipengaruhi jarak rumah Parto dengan kakaknya, makin jauh perilaku makin cepat hilang, dan sebaliknya.
Selain sifat-sifat di atas, sifat lain yang perlu dipahami adalah adanya peristiwa kambuh (spontaneous recovery). Bila terjadi peristiwa kambuh dan penguatan lama diberikan, maka perilaku akan terus berulang, bahkan makin sukar untuk dihapuskan (makin resisten). Ini seakan-akan meyakinkan bahwa apabila orang cukup gigih, tujuan akan tercapai jua.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EXTINCTION
Ada dua faktor penting yang dapat mempengaruhi proses Extinction, yaitu:
1. Rencana penguatan (reinforcement) sebelum extinction
2. Peristiwa penguatan setelah extinction
Sebagian rencana penguatan (Reinforcement) akan menentukan apakah hasil-hasil extinction perilaku dapat berkurang dengan cepat ataupun secara berangsur-angsur. Munculnya peristiwa dari sebuah perilaku diikuti oleh adanya penguat. Dalam penguatan yang sesaat, tidak semua perilaku-perilaku yang dihasilkan berasal dari sebuah penguat. Akan tetapi terkadang perilaku juga di beri penguatan. Ketika sebuah perilaku secara terus menerus diberi penguatan, pengurangan secara cepat diakhiri hanya dengan satu kali penguatan. Ketika sebuah perilaku diberi penguatan sesaat, maka secara berangsur-angsur selalu lebih berkurang dari sekali penguatan telah berakhir. Namun perubahan dari penguatan untuk pengurangan akan lebih berbeda ketika sebuah perilaku diperkuat sepanjang waktu daripada hanya diberikan beberapa kali.
Misalnya, jika kita mengambil uang dalam mesin dan menekan tombol, kita akan mendapatkan pilihan-pilihan yang kita inginkan. Ini adalah sebuah kasus penguatan secara berulang-ulang, dan penurunan perilaku selama pengurangan akan cepat. Kita tidak akan melanjutkan untuk mengambil uang dalam mesin jika kita tidak terlalu lama mendapatkan uangnya. Berkurangnya penguatan akan segera terlihat. Itu akan sama dengan apa yang terjadi ketika kita mengambil uang di tempat mesin atau mesin video spekulasi. Itu adalah sebuah kasus tentang penguatan yang sesaat. Mengambil uang dalam slot mesin sesekali hanya diperkuat dari sukses mendapatkan jakpot dan memenangkan uang dari mesin. Jika mesin telah rusak dan tidak dapat kembali memproduksi jakpot (bukan penguatan), kita mungkin mengambil lebih banyak koin ke dalam mesin sebelum akhirnya menyerah. Dari itulah kita mengambil berspekulasi untuk berhenti karena itu adalah paling sulit untuk menentukan itu semua bukanlah penguatan yang panjang untuk perilaku.
Penguatan yang sebentar-sebentar sebelum pengurangan menghasilkan perlawanan terhadap pengurangan, perilaku pengurangan tetap dilaksakan. Penguatanyang berlanjut sebelum pengurangan menghasilkan lebih sedikit perlawanan terhadap pengurangan dan perilaku yang tekun. Karena perlawanan pada pengurangan, daftar penguatan sebelum pengurangan menghasilkan pada keberhasilan penggunaan pengurangan dalam sebuah program modifikasi perilaku.
Faktor yang kedua adalah peristiwa penguatan setelah pengurangan. Jika penguatan terjadi dalam bagian dari pengurangan, akan lama dalam perilaku untuk mengurangi perilaku. Ini karena penguatan dari perilaku pengurangan telah dimulai, jumlah pada penguatan yang sebentar-sebentar, dan membuat perilaku lebih melawan terhadap pengurangan. Faktanya, jika perilaku diperkuat selama satu episode sembuh secara tiba-tiba, mungkin perilaku selanjutnya meningkat pada level ini sebelum pengurangan.
KELEBIHAN PROSEDUR PENGHAPUSAN
1. Prosedur ini dikombinasikan dengan prosedur lain telah terbukti efektif diterapkan dalam berbagai macam situasi. Berlangsung cepat apabila dikombinasikan dengan penguatanan perilaku yang diingini. Contohnya adalah Mengajari anak yang rewel jika minta sesuatu. Bila ia masih meminta dengan cara rewel, ia tidak mendapat yang diminta, kalau ia meminta dengan cara yang diajarkan baru dikasih.
2. Prosedur penghapusan menimbulkan efek yang tahan lama. Contoh perilaku rewel diatas tidak akan kambuh bila tidak mendapat penguatan.
3. Prosedur penghapusan tidak menimbulkan efek sampingan se-negatif prosedur-prosedur yang menggunakan stimuli aversif.
KELEMAHAN PROSEDUR PENGHAPUSAN
1. Efek tidak terjadi dengan segera.
Efek penghapusan biasanya tidak seketika terjadi. Setelah konsekuensi yang mengukuhkan dihilangkan, perilaku-sasaran tetap berlangsung sampai waktu tertentu. Ini dapat menimbulkan masalah dalam penerapannya. Contoh: perilaku yang membahayakan diri sendiri (misal anak-anak mengejar layang-layang ke jalan raya) maupun yang membahayakan orang lain (misal desdruktif dan agresif) harus dihentikan segera
2. Frekuensi dan intensitas sementara meningkat.
Pada saat-saat permulaan penguatan tidak diberikan, frekuensi dan intensitas perilaku sasaran cenderung bertambah. Oleh karena itu, memilih saat yang tepat menghentikan pemberian penguatan sangat penting. Contoh: anak rewel dilayani ketika ada tamu agar diam.
3. Perilaku-perilaku lain, termasuk perilaku agresif, sering timbul.
Kenaikan dan frekuensi dan intensitas sementara diikuti oleh perilaku-perilaku lain sebagai usaha mendapat penguatan, termasuk perilaku agresif. Perilaku agresif disebabkan oleh kekecewaan tidak diperolehnya penguatan yang biasa diperoleh.
4. Imitasi perilaku oleh orang lain.
Pada permulaan penghapusan, perilaku yang berulang-ulang timbul dan tidak mendapat perhatian yang berwenang, oleh orang lain yang melihatnya disangka mendapat persetujuan, akibatnya perilakunya cenderung ditiru. Anak-anak mencari perhatian guru dengan mengusuli teman. Guru melakukan ekstinsi. Ia hanya memperhatikan siswa yang tenang. Karena guru tidak mengambil tindakan yang menyolok, pada anak2 tersebut, maka mereka mengira guru tidak keberatan. Mereka mulai meniru perilaku tersebut. Kesukaran menemukan penguatan yang mengontrol. Kadang-kadang terlihat jelas penguatan apa yang menimbulkan perilaku yang berulang. Kadang-kadang sulit sekali untuk menemukan, terutama bila penguatan terjadi pada jadwal yang sangat jarang. Begitu jarangnya konsekuensi penguatan ditemukan, sampai seorang pengamat gagal mengendalikannya.
5. Kesukaran menghentikan penguatanan
Kadang-kadang ditemukan penguatan yang tidak mungkin dipisahkan dari perilaku sasaran, karena sudah terpadu atau alamiah merupakan konsekuensi perilaku tersebut. Contoh: ujian – nilai baik, ngemil – tenang, kecanduan narkoba – lari dari masalah, punya teman, nikmat, dll
PENGGUNAAN EFEKTIF PROSEDUR PANGHAPUSAN
1. Menemukan penguatanan yang memelihara perilaku
Perlu ditemukan penguatanan yang mengontrol perilaku sasaran dan kemudian mencegah terjadinya penguatanan. Agar prosedur penghapusan efektif, semua sumber penguatanan harus ditemukan dan dikendalikan. semakin sering penguatanan inkonsisten ini terjadi, semakin sulit dihapus perilaku ini.
2. Komunikasi jelas dan tegas
Beberapa perilaku tidak perlu sama sekali dihapus, tetapi perlu dikontrol agar tidak berlangsung pada saat-saat tertentu, atau hanya berlangsung pada saat-saat tertentu. Perlu diperjelas kapan boleh/tidak. Contoh: anak gak boleh ngajak ngobrol waktu sholat
3. Menjalankan prosedur ini cukup lama
Peningkatan perilaku pada permulaan prosedur penghapusan diterapkan, sering membuat pengontrol penguatan menyerah. Berkurangnya perilaku yang perlahan-lahan membuat orang tidak sadar atau prasangka bahwa program ini telah gagal. Untuk itu perlu dibuat pencatatan perilaku sasaran dari hari ke hari.
4. Mengombinasikan dengan prosedur lain
Prosedur penghapusan lebih efektif bila dikombinasikan dengan prosedur lain. Efek ini mendukung tercapainya penghapusan karena subjek telah mendapatkan cukup penguatan dengan cara baru karena cara lama sudah tidak efektif lagi. Contoh: anak nakal karena minta perhatian – perilaku nakal lebih cepat hilang bila kenakalan tidaka mendapat perhatian lagi dari ibunya (penghapusan), ibunya akan memperhatikan jika ia tidak nakal (positif reinforcement).
ada daftar pustakanya gak?
BalasHapuskak daftar pustakanya dong
BalasHapus